Saturday 5 March 2016

Pengalaman Pertama Kali Berbisnis Baju

Aku menemukan sebuah desain baju anime yang sangat bagus di sebuah postingan di grup facebook pada saat itu. Tertarik untuk memilikinya, aku ikut menjadi salah satu orang yang mengomentari postingan tersebut dengan pertanyaan "dimana saya dapat membelinya?"

Lama aku tunggu, tidak ada balasan akan pertanyaanku tersebut. Entah dorongan macam apa yang begitu kuat dibenakku untuk memiliki baju tersebut, tanpa pikir panjang aku langsung mendownload gambar yang terposting dan mencari konveksi yang mau dan bisa memproduksikannya untukku.

Segera aku melakukan searching di Google dan menemukan beberapa nama konveksi di area Jogja. Aku kirimkan gambar yang aku download tadi ke beberapa kontak email konveksi di Jogja yang aku temukan tersebut. 

Sadar bahwa tidak akan ada konveksi yang mau memproduksikan satu baju saja, aku memutuskan untuk membuat sebanyak satu lusin. Namun ternyata desain tersebut terbilang cukup sulit diproduksi. Ditambah lagi aku tidak memiliki file mentahnya yang berwujud Corel.

Tak mau menyerah. Aku terus menghubungi satu per satu kontak konveksi di Jogja via email, hingga akhirnya satu kontak menyatakan bisa dan mau memproduksinya. 

Singkat cerita, baju anime yang aku pesan sudah selesai produksi. Pemiliknya langsung mengirimkan barangnya ke tempat kost ku. Tidak banyak percakapan saat kami bertemu saat itu. Namun kelak dia akan menjadi partner bisnisku. Namun kali ini aku akan melanjutkan cerita awalku terlebih dahulu.

Aku cuma butuh satu potong baju. Masih ada sisa 11 potong baju dengan model yang sama yang aku punya. Mau aku apakan sisanya ini?  

"Bagaimana kalau aku jual saja?" itu adalah ide paling cemerlang dalam hidupku selama ini. Ide yang menjadikanku bisa menembus dunia entrepeneurship yang dari dulu cuma bisa aku dan teman-temanku susun perencanaannya, tetapi tidak pernah berani mengambil langkah untuk memulainya.

"Tapi bagaimana cara menjualnya ya?" Pertanyaan berikutnya ini menjadi fondasi dimana aku mengenal dunia internet marketing untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku. Segera aku membuat akun Kaskus dan membuat thread jual beli pertamaku di situs paling populer karya anak bangsa tersebut.

Tidak butuh waktu lama hingga pembeli pertamaku menghubungiku. Apakah aku senang? Tentu. Namun lebih banyak lagi rasa bingung. Aku belum pernah mengirim barang. Bagaimana cara membungkus paketnya? Bagaimana cara menulis alamatnya? Takut salah posisi tulisannya sehingga tidak sampai ke tujuan.

Akhirnya aku mencari kardus bekas, memotongnya, dan menggulung baju yang mau aku kirim dengan kardus tersebut. Sungguh tidak enak dilihat hasilnya. Mungkin itu adalah paket dari toko online yang paling buruk rupa di dunia. Sebelum akhirnya aku dikasih tau cara membungkus paket yang simpel menggunakan kantong kresek.

Penjualan perdanaku itu membuatku seperti ketagihan untuk menjual lagi dan lagi. Menjual lebih banyak lagi. 

Hingga saat akan memproduksi desain tersebut untuk kedua kalinya, pemilik desain baju anime tersebut (entah desainer aslinya beneran atau cuma ngaku-ngaku) ikut komen dalam foto dan mengakui itu adalah desain miliknya yang aku gunakan tanpa ijin.

Komentar-komentar kejam ciri khas netizen Indonesia mulai bertebaran. Yang plagiat lah, yang inilah itulah, langsung memanaskan kedua kupingku. Apakah aku akan berhenti jualan setelahnya?

Ternyata tidak. Aku tidak lantas kapok berjualan baju anime. Aku mulai membuat desain-desain sendiri, dan memutuskan untuk tidak memproduksi baju tersebut lagi. Sementara sisa baju yang belum laku tidak aku jual lagi secara online. 

Sahabat, yang ingin saya sampaikan dari cerita ini adalah jangan terlalu banyak perhitungan saat hendak memulai bisnis. Membaca buku, belajar di sekolah bisnis, tidak akan membuatmu bisa benar-benar memulai bisnis.

Langsung saja mulai bisnismu dari nol. Mungkin akan banyak masalah selama perjalanannya. Namun dalam perjalanan itu pula kamu akan menemukan solusi, rekan bisnis, membentuk jaringan, tahu etika bisnis dan melihat peluang pasar yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehmu saat duduk dibalik meja sambil mendengarkan ceramah dosen.